Posts

3 Cara Membuang Sampah Perabotan Rumah, Solusi Rumah Kebanyakan Barang Tak Terpakai!

Image
Ketika membersihkan rumah dalam skala mayor alias nggak cuman nyapu atau ngepel aja, Gen akan menyadari bahwa banyak barang yang lama atau sudah tidak dapat digunakan dan menumpuk. Tidak hanya di gudang bahkan di kamar atau di ruang tamu! Membuang perabotan rumah yang lama tidak terpakai dan menumpuk memang PR banget. Selain capek mengeluarkan, mengelompokkan sampai membersihkan ruangan yang sudah terlampau lama dihuni barang yang menumpuk, tugas berat lainnya adalah mikirin mau diapain atau mau dibawa ke mana ini semua barang yang udah tidak terpakai?  Berdasarkan pengalaman pribadi saya, ada beberapa cara yang bisa Gen lakukan untuk membuang sampah besar seperti kasur, lemari, baju, sepatu, jemuran baju, dan sebagainya. Membuang sampah seperti ini memang sulit, karena terbatas dan tidak meratanya akses dan fasilitas. Belum lagi, di Indonesia belum ada kebijakan yang detail perihal bagaimana cara membuang sampah berdasar jenisnya. Sejauh ini, kita cuman didorong untuk melakukan pemila

5 Tipe Pedagang yang Akan Kamu Temui Ketika Belanja Bawa Wadah Sendiri, Sudah Siap?

Buat Gen yang baru memulai untuk belanja di warung, pasar maupun supermarket. Atau buat kamu yang ingin beli makanan atau minuman dengan membawa wadah sendiri seperti botol, tempat makan dan totebag dengan maksud mengurangi sampah kemasan sekali pakai, kamu perlu persiapkan mental dari sekarang! Kamu perlu menyadari bahwa saat melakukan upaya ini kamu akan bertemu beragam reaksi dari pedagang.  Membawa wadah sendiri merupakan cara untuk mengurangi timbulan sampah di tengah masifnya penggunaan kemasan sekali dari bahan yang sulit terurai. Cara ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Kalau diingat-ingat, saat disuruh beli soto di pedagang soto gerobak dekat rumah, kita terbiasa bawa rantang. Atau saat beli nasi pecel, ada beberapa pedagang yang membungkusnya dengan daun pisang atau daun jati yang merupakan bahan organik yang bisa terurai.  Namun, seiring semakin tingginya mobilitas pembeli yang ingin serba cepat. Serta, banyaknya pilihan pembungkus dengan biaya yang

Eveline Anuriyadin, Bocah SMP Pengelola Puluhan Ton Sampah Organik

Image
Tak nampak wajah geli atau jijik saat Eveline memberi makan maggotnya dengan sampah organik. Bocah perempuan bernama lengkap Eveline Anuriyadin itu melakukan aksi lingkungan zero organic waste melalui budidaya maggot. Ia memberi pakan maggot dari sampah organik yang ia kumpulkan dari sekitarnya.  Walaupun ia harus mengambil sampah organik pasca pulang sekolah dan masih menggunakan seragam, ia mengaku senang dan enjoy melakukannya. Padatnya aktivitas akademik di sekolah Madrasah Tsanawiyah 03, Surabaya tidak ingin ia jadikan alasan untuk melakukan aksi lingkungan. “Aku melakukannya karena tau banyak sampah organik di sekitar kita yang tidak terolah, padahal bisa diolah dan bermanfaat. Kalau ga diolah dan berakhir di TPA akan memunculkan gas metana” jelas Eveline yakin.  Awalnya, perempuan yang menyandang status sebagai Puteri Lingkungan Hidup 2023 itu hanya memberi makan maggot dengan sampah organik yang berasal dari sisa konsumsi di rumahnya. Namun saat ini, Eveline juga mengambil sa

Sampah Plastik Kemasan Sekali Pakai Adalah Sebenar-Benarnya Sampah Kehidupan

Saya baru saja memulai membeli jus dengan membawa wadah sendiri. Ini adalah pedagang jus ketiga favorit saya yang saya lakukan pendekatan agar tidak menggunakan kemasan plastik. Dua pedagang jus favorit saya lainnya sudah terbiasa dengan kebiasaan saya membawa wadah sendiri untuk jus. Butuh negosiasi yang agak alot dengan pedagang ketiga ini, karena secara volume jus pedagang ketiga ini lebih banyak diantara pedagang lainnya. Wadah yang saya bawa kala itu tidak cukup untuk takaran jusnya. Bahkan menganggap saya memiliki alergi terhadap plastk. πŸ‘¨: "Gimana, ya, Mbak gamau plastik banget, nih?" πŸ‘§: "Iya, Mas. Kalau bisa, sih jangan" πŸ‘¨: "Mbaknya alergi plastik, kah?" πŸ‘§: "Nggak, Mas, hehe. Cuman mau ngurangin sampah plastik aja" Apa boleh buat, karena botol yang saya bawa tidak muat saya pun memutuskan untuk dibungkus plastik es. Minus, kresek dan sedotan plastik.  πŸ‘§: "Maaf, ya, Mas. Saya ngeribetin" πŸ‘¨: "Gapapa, Mbak. Saya baru mik

Coffe Shop yang Menarik Perhatian Para Pemulung

Image
Malam itu di sebuah coffe shop saya menunggu kedatangan teman yang masih di jalan. Saya menunggu tepat dua meter di depan pintu keluar. Coffe shop itu memang terhitung kecil dengan konsep kedai kopi to-go. Tak banyak tempat disediakan, tapi bukan berarti para pengunjung tak dapat singgah. Banyak pengunjung yang masih enjoy menikmati kopi di luar kedai, dekat pintu keluar. Kebanyakan pengunjungnya adalah anak muda, ada yang sibuk ngobrol, ada yang sibuk update status, ada juga yang sibuk menunggu teman yang tak kunjung datang (ternyata tidak saya saja, lho, wkwk). Sebagai pengunjung, saya menetapkan coffe shop ini adalah coffe shop favorit saya. Selain menu kopi susu tetangganya yang enak diseruput, saya kagum dengan fasilitas yang disediakan. Hampir semua coffe shop beradu fasilitas yang akan memanjakan para pembelinya, mulai dari wi-fi sepuasnya hingga photobox! Namun, coffe shop ini tidak menawarkan itu semua. Salah satu fasilitas yang membuat saya kagum dan tak banyak dimiliki coffe

Sambal Pentol yang Tak Lagi Nampol

 Cemilan paling mudah ditemui dan andalan bagi sebagian besar warga Kota Surabaya adalah, pentol. Walaupun dianggap jajanan, banyak yang memakan pentol untuk mengganjal perut hingga lauk makananπŸ˜….  Sore itu, untuk mengganjal perut yang sejam sebelumnya telah makan siang dengan nasi, saya membeli pentol. Ada satu pedagang pentol dekat rumah yang bisa dibilang saya adalah pelanggan tetapnya. Saya menetapkan diri sebagai pelanggan tetap selain karena pentol besar isi daginya yang enak, sambalnya segar dan tanpa campuran saos. Soal sambal pentol, saya memang cukup picky. Saat membeli pentol saya adalah team yang tidak membeli pentol dengan bumbu saos tomat merah, kecap dan sambal apalagi bumbu kacang. Kira-kira begini percapakan saya dengan tiap pedagang pentol: 😎: "Bumbunya apa, Mbak?" πŸ˜€: "Sambal aja, Pak satu sendok" 😎: "Udah gini aja? Gapakai saos?" πŸ˜€: "Gapakai, Pak." 😎: "Beneran?" πŸ˜€: "Iya beneran, Pak." Namun, tidak sem

Mendung Tanpo Udan, Bukti Bumi Masih Memberi Harapan

Image
Malam hari kali ini saya tidak ingin tidur. Keinginan malam hari itu saya hanya ingin merasakan sejuknya angin tipis melewati rambut saya yang sengaja saya urai setelah sekian lama saya kuncir. Hanya ingin menikmati langit berwarna abu-abu putih. Dan hanya ingin menunggu tetes demi tetes air turun dari langit.   Suasana mendung di Balai Pemuda Surabaya. Sumber Foto: Dok. Pribadi Pagi harinya, hawa sendu itu masih terasa. Dengan yakin karena ingin, bergegas membuka pintu. Lagi dan lagi menikmati awan yang kelabu. Biasanya matahari sudah terik, saya terbangun dengan daster setengah basah. Pagi itu, angin seperti berbisik, "masih ada harapan walau belum turun hujan..." Pusing Kepala dan Eco-Anxiety Sebelum mendung hari itu datang, saya kewalahan memposisikan diri harus bagaimana menghadapi cuaca panas. Hampir seharian kepala saya terasa panas, berkeringat terus dan susah fokus. Sebagai freelancer pemula yang gajinya tak menentu, kipas angin masih menjadi sahabat terbaik untuk me