Sambal Pentol yang Tak Lagi Nampol

 Cemilan paling mudah ditemui dan andalan bagi sebagian besar warga Kota Surabaya adalah, pentol. Walaupun dianggap jajanan, banyak yang memakan pentol untuk mengganjal perut hingga lauk makanan๐Ÿ˜…. 

Sore itu, untuk mengganjal perut yang sejam sebelumnya telah makan siang dengan nasi, saya membeli pentol. Ada satu pedagang pentol dekat rumah yang bisa dibilang saya adalah pelanggan tetapnya. Saya menetapkan diri sebagai pelanggan tetap selain karena pentol besar isi daginya yang enak, sambalnya segar dan tanpa campuran saos.

Soal sambal pentol, saya memang cukup picky. Saat membeli pentol saya adalah team yang tidak membeli pentol dengan bumbu saos tomat merah, kecap dan sambal apalagi bumbu kacang. Kira-kira begini percapakan saya dengan tiap pedagang pentol:

๐Ÿ˜Ž: "Bumbunya apa, Mbak?"

๐Ÿ˜€: "Sambal aja, Pak satu sendok"

๐Ÿ˜Ž: "Udah gini aja? Gapakai saos?"

๐Ÿ˜€: "Gapakai, Pak."

๐Ÿ˜Ž: "Beneran?"

๐Ÿ˜€: "Iya beneran, Pak."

Namun, tidak semua sambal yang dibuat oleh pedagang pentol saya anggap "enak". Salah satu sambal pentol yang enak adalah sambal pentol buatan pedagang pentol yang berada dekat rumah. Warnanya oren, agak berair, biji cabenya nampak dan masih terdapat kulit-kulit cabai yang tidak ter-blender secara sempurna.

Lantaran beliau tau saya suka sekali dengan sambalnya, tiap harga cabai naik sebelum melayani pedagang picky-nya ini ia berbisik pelan, "Sambalku dari cabai kering, lho, ya. Harga cabai naik jadi aku gabisa bikin sambal kayak biasanya"

Walhasil, lidah saya harus menerima kenyataan bahwa tidak selamanya hidup sesuai ekspetasi. Ya, hari itu tujuan saya ingin membeli pentol adalah menikmati segar dan pedasnya sambal sampai gobyos~


Cabai menjadi salah satu komoditas pangan yang sering mengalami kenaikan harga. Di bulan Oktober-November 2023 ini, kenaikannya hampir mencapai 50% terutama untuk cabai rawit merah. Hal ini pun sejalan dengan yang diungkapkan oleh pedagang pentol langganan saya, "Biasanya sekilo 50rb, ini udah seratus ribuan lebih sekilonya" ujarnya sambil menyajikan pentol.


Selama ini, Gen mungkin memahami faktor kenaikan harga cabai adalah cuaca. Saat cuaca panas, tanah mengalami kekeringan sehingga tumbuhan cabai mati. Atau saat cuaca hujan, tumbuhan cabai tidak panen karena membusuk. 

Faktor cuaca adalah faktor yang sering diungkap oleh media, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, tengkulak hingga para petani. Namun, faktor tersebut bukan faktor utama dan tunggal. Ada banyak faktor lain yang jarang diungkap antara lain:

1. Menurunnya Produktivitas Tanah

Banyak petani yang menggunakan pupuk kimia karena tekanan permintaan yang tinggi. Pupuk kimia dianggap sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan pupuk yang jumlahnya butuh berton-ton. Sedangkan pupuk organik membutuhkan proses yang lama.

Penggunaan pupuk kimia secara jangka panjang berdampak pada produktivitas tanah yang menurun. Dengan begini,  kandungan unsur kimia tersimpan dalam tanah dan membuat struktur tanah menjadi tidak baik. 

2. Harga Pupuk Naik

Ketergantungan dengan pupuk kimia membuat banyak petani terjebak dalam lingkaran setan apalagi saat harga pupuk kimia tinggi. Naiknya harga pupuk akan berpengaruh pada harga jual cabai dari petani ke tengkulak. 

3. Serangan Patek

Patek merupakan sejenis jamur dengan nama ilmiah Colletotrichum capsici. Jamur ini sering muncul saat cuaca mengalami kelembapan yang tinggi. Jamur ini hidup di dalam tanah hingga pada buah cabai yang masih menggantung pada ranting.


Cuaca memang faktor yang menyebabkan kenaikan harga cabai naik. Namun, ada permasalahan alam lain yang membuat harga cabai membuat banyak pedagang makanan mencari alternatif agar sambal tetap tersedia, walau tak lagi nampol rasanya~



Comments

Popular posts from this blog

Eveline Anuriyadin, Bocah SMP Pengelola Puluhan Ton Sampah Organik

Sampah Kemasan Sekali Pakai Berserakan di Lapangan Kodam Surabaya, Area TNI, lho Ini!

Coffe Shop yang Menarik Perhatian Para Pemulung