Cara Membuat Eco-Enzyme: Coba Dulu, Nanti Juga Tahu Polanya~

Dibandingkan dengan pengomposan, eco-enzyme (EE) merupakan alternatif pengelolaan sisa konsumsi (sampah) organik yang paling simple. Mulai dari alat, bahan, hingga perawatan. Selain itu, manfaat yang dapat Gen rasakan pun lebih banyak!

Ini bukan bermaksud banding-bandingke, ya! Namun bagi saya, membuat EE itu solusi dari padatnya aktivitas serta padatnya ruangan. Dengan EE, kita nggak perlu merawat secara terus-menerus. Wadah yang digunakan pun nggak harus besar dan bikin sempit ruangan.

DISCLAIMER: Di artikel ini, saya akan menceritakan bagaimana cara membuat eco-enzyme berdasar pengalaman dan informasi yang saya pahami. Nggak hanya cerita cara membuat eco-enzyme, ada juga cara merawat. Serta,  kejadian-kejadian unik, yang nantinya membuat Gen senantiasa belajar, hingga menemukan pola yang pas dalam membuat cairan eco-enzyme!

Cara Membuat Eco-Enzyme

Sebelum membuat, Gen perlu tahu dulu bagaimana merawat EE. Dengan mengetahui bagaimana cara merawatnya, maka akan tumbuh benih-benih rasa tanggung jawab, hehe. Percuma, kan udah bikin, tapi akhirnya nggak dirawat. Ibarat kata gampang bikin orang jatuh cinta, tapi gamau merawat rasa cintanya. Itu bagian tersulitnya, hehe.

Setelah eco enzyme dibuat, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Memastikan Tutup Wadah EE Tertutup Rapat 
    Agar proses fermentasinya berlangsung lancar. Dan tidak bermunculan belatung yang bikin jijik dan     merasa gagal, wkwk

2. Buka dan Tutup Kembali Tutup Wadah EE Selama 1 Menit, Sekali dalam Sehari 
    Lakukan ini selama maksimal tujuh hari sejak hari pertama pembuatan. Ini penting dilakukan agar
    EE tidak meledak saat nantinya kita membuka tutup wadah

3. Udah, deh~ Diamkan saja sampai waktunya panen!

Sekarang, Gen siapkan alat dan bahan untuk membuat eco-enzyme, ya! Untuk alat kita membutuhkan pisau, wadah yang punya tutup rapat apapun nggak harus toples, talenan dan piring. Untuk wadah, sebaiknya hindari wadah yang terbuat dari kaca untuk mengantisipasi suhu dan proses fermentasi yang akan membuat kaca rentan pecah.

Di artikel kali ini, bahan yang dibutuhkan adalah, sampah organik (kali ini saya pakai kulit buah melon dan semangka), air mentah dan gula merah. Untuk gula, Gen bisa pakai gula putih atau molase. Namun, saya belum pernah mencoba pakai gula putih atau molase. Saya lebih suka pakai gula merah karena warna dan kepadatannya. Terbukti, gula merah bisa membuat cairan EE warnanya lebih estetik, wkwk. Walaupun agak mirip kunyit asam alias jamu sinom, haha!
 
Bahan-bahan pembuatan EE. Sumber Foto: Dok. Pribadi


Ada beberapa jenis sampah organik yang tidak bisa diproses menjadi cairan eco-enzyme. Beberapa jenis sampah organik itu adalah; sampah organik yang telah melewati proses masak, berminyak, dan telah busuk. Untuk takaran bahan yang akan dicampurkan, di banyak komunitas eco-enzyme terkenal dengan rumus 1:3:10. Lebih jelasnya bisa dilihat di tabel yang saya dapat dari grup Facebook EE di bawah ini:

Tabel rumus takaran bahan EE. Sumber: group Facebook Eco-enzyme

Tenang aja, kalau Gen agak kebingungan melihat takaran di atas, ya! Tabel di atas adalah acuannya. Saya pribadi, tidak terlalu terpaku pada rumusan di atas. Acuan saya terletak pada seberapa banyak sampah organik yang akan saya olah. Sehingga, akan menyesuaikan ukuran wadah, banyaknya air dan gula merah yang akan saya gunakan. 


Tahap-Tahap Membuat Eco-Enzyme

Setelah bahan dan alat siap, tahap selanjutnya adalah meraciknya. Udah kayak masak aja, nih, Gen!, hehe. Berikut tahap-tahap membuat eco-enzyme:

1. Potong kecil-kecil gula merah dan sisa konsumsi organik (kulit buah)
2. Siapkan wadah (pastikan udah bersih kinclonk, ya!)
3. Masukkan gula merah, jadikan ia lapisan paling bawah.
4. Masukan bahan organik alias kulit buahnya yang telah dipotong kecil-kecil
5. Tuang air, pelan aja. Santai~
6. Tutup rapat, ya Gen!
7. Beri keterangan tanggal pembuatan dan jadwal panen (misalnya, 12/12/23-12/3/24)
8. Rawat seperti penjelasan sebelumnya
8. Panen, deh~  (kalau udah 90 hari alias 3 bulan saatnya panen raya!)


Manfaat Eco-Enzyme

Setelah panen, saring antara cairan dan ampas sisa bahan yang masih ada. Setelah itu, ampasnya bisa dikubur atau diletakkan di kompos. Untuk cairannya sendiri letakkan ke dalam wadah botol khusus, ya agar nggak dikira kunyit asam, haha!

Secara fungsional, cairan eco-enzyme memiliki banyak manfaat. Secara garis besar ada tiga manfaat yang bisa Gen rasakan dari cairan eco-enzyme. Tiga manfaat itu antara lain:


1. Manfaat Pembersih

Cairan EE dapat bermanfaat untuk membersihkan apapun, hehe. Sejauh ini saya sudah coba memanfaat cairan EE untuk membersihkan:

  • Membersihkan Daun-Daun Tumbuhan
Misalnya tumbuhan Lidah Mertua, Aglonema hingga Lidah Buaya. Agar daun-daunnya tidak berdebu, tinggal semprot aja. 
  • Membersihkan Area Dapur dan Kompor yang Penuh Minyak.
Baik di meja dapur atau pun di area dekat kompor yang sangat sulit dibersihkan. Cukup disemprot aja pakai cairan EE yang telah dicampur air. Lalu usap pakai kain lap atau serbet.
  • Membersihkan Lantai Alias Ngepel, hehe
Kalau biasanya Gen pakai karbol atau cairan pembersih lantai berbau wangi bikin lantai jadi licin, berbeda dengan EE yang malah bikin lantai kesat! Vibes-nya, tuh kayak lantai-lantai di pedesaan gitu jadi adem-adem gimana gitu~

  • Membersihkan Benda-Benda Mati, wkwk
Saya sudah pernah mencoba membersihkan meja kerja, jendela, lemari, jok sepeda dengan menggunakan cairan EE yang telah dicampur air.

  • Bersihin Sepatu
Kadang, sepatu itu beres dipakai atau lama nggak dipakai agak buluk gitu, kan, Gen. Nah, dengan bantuan lap kain bekas yang bersih, debu-debu dan kotoran di sepatu yang sudah saya semprot cairan EE langsung hilang~

2. Pupuk Tanaman

Saat menyiram tanaman, campur cairan EE dengan air. Perbandingannya, airnya lebih banyak, ya! Kalau sudah siram, deh tanamanya, hehe

Untuk melihat bagaimana proses dan hasil manfaat cairan EE sebagai cairan pembersih dan pupuk tanaman, saya sudah membuat kontennya di Instagram saya. Bisa diakses di sini, ya!


3. Manfaat Kesehatan dan Kecantikan Kulit

Menurut jurnal "Pemanfaatan Utama Eco-Enzym Sebagai Obat Luka dan Penyakit Kulit...", cairan EE mengandung tanin, saponin, asam asetat yang bersifat anti bakteri dan anti inflamasi yang berguna untuk membantu proses penyembuhan luka dan alergi. produk-produk kesehatan yang terbuat dari cairan EE berdasar jurnal penelitian Pemanfaatan Eco-Enzyme dalam Produk Kesehatan antara lain ada desinfektan, hand-sanitizer, dan sabun antiseptic.

Untuk kecantikan kulit, cairan EE mengandung jamur pitera. Jamur pitera merupakan jamur hasil fermentasi yang umumnya muncul dalam cairan EE. Jamur berwarna putih yang berada di permukaan atas cairan ini bisa digunakan untuk perawatan (skin care) wajah. seperti menghaluskan kulit dan menghilangkan jerawat.

Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan jamur pitera ini tidak diperbolehkan untuk kulit sensitif. Saat menggunakannya pun tidak boleh terlalu lama menempel pada wajah. Setelah diusap, segera bilas dengan air bersih. Karena pitera mengandung senyawa yang cepat menyerap kelembapan kulit.

Saya sudah mencoba jamur pitera yang ada di cairan eco-enzyme untuk perawatan wajah. Kebetulan, jenis kulit saya adalah kulit kering, jadi saya merasa "aman". Saya memakainya untuk eksfoliasi jadi seminggu atau dua minggu sekali. Untuk video skin-care pakai jamur pitera EE ini bisa diakses di sini, ya!


Hilangkan Ragu, Coba Dulu~

Membuat eco-enzyme memang mudah, tapi untuk pengelolaan sisa konsumsi organik baiknya tetap menempatkan kompos sebagai metode utama. Agar sisa konsumsi organik benar-benar teurai secara alami dan bermanfaat bagi makhluk hidup di sekitar.

Yuk, Gen coba dulu dan rasakan manfaatnya! Kalau pada prosesnya nanti menemukan belatung atau bau yang aneh coba kita diskusikan di kolom komentar, ya!

Comments

Popular posts from this blog

Sampah Kemasan Sekali Pakai Berserakan di Lapangan Kodam Surabaya, Area TNI, lho Ini!

Belajar Membaca Penting Untuk Kesehatan Mental Anak, Berikut Cara Belajar Membaca yang Tepat Versi Kumon

Eveline Anuriyadin, Bocah SMP Pengelola Puluhan Ton Sampah Organik