5 Tipe Pedagang yang Akan Kamu Temui Ketika Belanja Bawa Wadah Sendiri, Sudah Siap?
Buat Gen yang baru memulai untuk belanja di warung, pasar maupun supermarket. Atau buat kamu yang ingin beli makanan atau minuman dengan membawa wadah sendiri seperti botol, tempat makan dan totebag dengan maksud mengurangi sampah kemasan sekali pakai, kamu perlu persiapkan mental dari sekarang! Kamu perlu menyadari bahwa saat melakukan upaya ini kamu akan bertemu beragam reaksi dari pedagang.
Membawa wadah sendiri merupakan cara untuk mengurangi timbulan sampah di tengah masifnya penggunaan kemasan sekali dari bahan yang sulit terurai. Cara ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Kalau diingat-ingat, saat disuruh beli soto di pedagang soto gerobak dekat rumah, kita terbiasa bawa rantang. Atau saat beli nasi pecel, ada beberapa pedagang yang membungkusnya dengan daun pisang atau daun jati yang merupakan bahan organik yang bisa terurai.
Namun, seiring semakin tingginya mobilitas pembeli yang ingin serba cepat. Serta, banyaknya pilihan pembungkus dengan biaya yang lebih terjangkau dan efisien membuat banyak pedagang memilih menggunakan kemasan sekali pakai yang sulit terurai. Bahkan saat dine in alias makan di tempat pun banyak yang memakai kemasan sekali pakai agar tidak repot mencuci piring dan segala perlengkapan makan lainnya.
Bukan hal yang mudah memang membiasakan diri membawa wadah sendiri saat akan membeli makanan atau minuman. Kamu akan menghadapi berbagai tipe pedagang yang menguji ketangguhanmu dalam menjalankan hidup go green ini. Beberapa tipe pedagang yang akan kamu temui saat kamu membawa wadah sendiri sebagai pembungkus makanan antara lain:
Tipe Percaya Diri
Sebagai pembeli, modal utama membawa wadah sendiri sebagai pengganti kemasan sekali pakai bukan cuman modal kotak makan, rantang atau tumblr tapi juga percaya diri. Kalau kamu sudah percaya diri membawa wadah sendiri dan ngomong ke pedagangnya, maka kamu juga akan bertemu dengan pedagang yang percaya diri juga.
Tipe pedagang yang percaya diri ini memiliki keyakinan bahwa mereka mampu memberikan kresek, plastik, karet, dsb untuk pembelinya. Umumnya mereka akan mengeluarkan kalimat seperti “Gapapa, pakai kresek aja ini gratis, kok” atau “Ini, lho ada kresek.” Dari segi marketing, ini bagus dan sesuai dengan slogan pembeli adalah raja.
Namun, kamu perlu menyadari bahwa upaya yang kamu lakukan bisa jadi adalah hal baru bagi orang lain. Ketika bertemu dengan tipe pedagang yang percaya diri, kamu juga perlu percaya bahwa upayamu ini adalah upaya yang baik tanpa harus menjadi si paling benar.
Tipe Bombastic Side-Eye
Tipe ini biasanya tidak begitu banyak mengeluarkan kata-kata kepada pembelinya. Love language kepada pembelinya adalah komunikasi non-verbal berupa gesture. Saat bertemu dengan pembeli yang meminta tolong untuk meletakkan pesanan dalam wadah yang dibawanya, mereka akan bereaksi dengan menggunakan gerak matanya.
Gerak mata yang digunakan adalah gerak mata bombastic side-eye dengan arah gerak pupil ke mentok ke kiri atau ke kanan. Gesture bombastic side eye ini, adalah reaksi heran, kaget sekaligus mencerna maksud dari pembeli. Kalau bertemu tipe pedagang yang seperti ini, kamu hanya perlu memberikan senyum terbaik. Balas lah gesture tubuh pedagang dengan gesture tubuhmu~
Tipe Word of Affirmation
Kalau love language-mu adalah word of affirmation, kamu akan merasa berbunga-bunga dan kebutuhan pemenuhan validasi akan terpenuhi. Ketika bertemu pedagang tipe ini, mereka senantiasa memberikan kalimat-kalimat positif nan optimis atas upayamu membawa wadah sendiri.
Umumnya mereka akan mengeluarkan kalimat seperti ini, “Wah saya baru ini ada pembeli bawa wadah sendiri. Keren, ya. Mbaknya niat banget buat beli dagangan saya. Saya juga seneng karena saya jadi hemat xixixi.” Ada juga yang dengan semangat mengucap “Nah, ya gini bener mengurangi sampah!”
Mereka bahkan dengan antusias bertanya dan menjadi pendengar yang baik atas upaya yang kamu lakukan. “Sejak kapan, Mbak bawa wadah sendiri seperti ini?”, “Semoga saya juga bisa kayak, Mbaknya, ya” kira begitulah kalimat-kalimat yang diucapkan pedagang dengan tipe Word of Affirmation ini.
Tipe Si Paling Perhatian
Kalau sebelumnya ada tipe word of affirmation yang akan membuatmu merasa dihargai atas upaya mengurangi sampah kemasan sekali pakai. Tipe perhatian ini lebih ke tipe yang juga menghargai tapi masih sering merasa khawatir. Mereka akan berkali-kali memastikan bahwa upaya yang kita lakukan memberikan tetap memberikan rasa aman dan nyaman.
Kalimat yang biasa keluar dari tipe pedagang ini adalah “Ini yakin ga tumpah, Kak?”, “Kak kalau ntar tumpah gapapa balik ke sini minta kresek, ya.” Mereka akan selalu memastikan bahwa wadah, botol atau totebag yang kita bawa untuk menampung makanan, minuman atau barang yang kita beli bisa dibawa dengan aman dan dinikmati dengan baik sesampainya di tujuan.
Tipe Pamali
Tidak dapat dipungkiri, segala aktivitas manusia pasti ada aja mitosnya. Misalnya yang paling dekat adalah mitos perempuan harus menyapu secara bersih agar terhindar dari laki-laki brewok. Saat berupaya mengurangi kemasan sampah sekali pakai pun juga tak lepas dari adanya mitos.
Banyak pedagang yang masih mempercayai mitos, biasanya mereka akan mengeluarkan beberapa kalimat ketika ada seseorang yang menolak untuk menggunakan kantong plastik. Suatu waktu, saya pernah membeli jajanan ke warung terdekat. “Nggak usah pakai kresek, Bu” ucap saya setelah membayar jajan. Sang pedagang pun menolak dengan mengucap kalimat, “Eits kamu anak gadis, pamali kalau ga dibungkus!” ada juga pedagang yang mengeluarkan kalimat “Nanti nggak ada yang ngelamar, lho!”
Ketika bertemu tipe pedagang pamali seperti ini, kamu sebisa mungkin harus tetap tenang. Kamu bisa menjawabnya dengan memberikan fakta bahwa sudah banyak kresek menumpuk di kos atau rumah hingga meyakinkan mereka bahwa kamu memang sudah bawa tas sendiri.
Itu tadi adaah tipe-tipe pedagang yang akan kamu temui ketika sedang berupaya untuk mengurangi sampah kemasan sekali pakai. Membawa wadah sendiri seperti botol, kotak makan, rantang hingga tote bag memang ribet. Ribetnya bukan hanya ribet kemana-mana bawa barang ini itu, tapi juga menghadapi berbagai reaksi dari masyarakat yang belum terbiasa dengan upaya ini. Gimana? Udah siap menjalani hidup penuh tantangan lebih mencintai bumi?
Comments
Post a Comment