Mendung Tanpo Udan, Bukti Bumi Masih Memberi Harapan

Malam hari kali ini saya tidak ingin tidur. Keinginan malam hari itu saya hanya ingin merasakan sejuknya angin tipis melewati rambut saya yang sengaja saya urai setelah sekian lama saya kuncir. Hanya ingin menikmati langit berwarna abu-abu putih. Dan hanya ingin menunggu tetes demi tetes air turun dari langit.

 

Suasana mendung di Balai Pemuda Surabaya. Sumber Foto: Dok. Pribadi

Pagi harinya, hawa sendu itu masih terasa. Dengan yakin karena ingin, bergegas membuka pintu. Lagi dan lagi menikmati awan yang kelabu. Biasanya matahari sudah terik, saya terbangun dengan daster setengah basah. Pagi itu, angin seperti berbisik, "masih ada harapan walau belum turun hujan..."


Pusing Kepala dan Eco-Anxiety

Sebelum mendung hari itu datang, saya kewalahan memposisikan diri harus bagaimana menghadapi cuaca panas. Hampir seharian kepala saya terasa panas, berkeringat terus dan susah fokus. Sebagai freelancer pemula yang gajinya tak menentu, kipas angin masih menjadi sahabat terbaik untuk mendinginkan tubuh terutama kepala.

Saya pun sering gelisah, senantias merasa tidak nyaman. Mau rebahan kerjaan belum selesai, mau kerja hawanya panas. Mau keluar cari udara segar, belum sejengkal di depan pintu kok silau di mata dan nyengat di kulit. 

Perubahan emosi juga sering dirasakan, bahkan sialnya tanpa disadari. Entah sudah berapa kali saya yang awalnya terbahak-bahak nonton Tonight Show tiba-tiba kesal dan marah-marah sendiri lantaran kipas angin serasa tak berfungsi. Saat di jalan, saya juga sering melihat pengendara emosi. Dikit-dikit noleh ke belakang melotot, dikit-dikit meninggikan suara sambil mengucap kata COK. 

Ternyata cuaca panas akibat krisis iklim ini berdampak pada kesehatan mental. Istilah climate anxiety pun muncul untuk mendefinisikan kondisi kesehatan mental yang terganganggu  akibat adanya perubahan iklim. Beberapa gejalanya antara lain, depresi, stress hingga perubahan suasana hati.


Merindukan Hujan

Walaupun langit kota Surabaya kala itu masih mendung, sudah akun di media sosial yang update status dengan caption "selamat tinggal es teh, selamat datang mie kuah". Semua orang seperti menemukan harapan, setelah berbulan-bulan hidup dalam cuaca panas dan tanpa hujan.

Walaupun belum juga turun hujan, langit seperti memberi 





Comments

Popular posts from this blog

Eveline Anuriyadin, Bocah SMP Pengelola Puluhan Ton Sampah Organik

Sampah Kemasan Sekali Pakai Berserakan di Lapangan Kodam Surabaya, Area TNI, lho Ini!

Coffe Shop yang Menarik Perhatian Para Pemulung