Posts

Showing posts from November, 2023

Mendung Tanpo Udan, Bukti Bumi Masih Memberi Harapan

Image
Malam hari kali ini saya tidak ingin tidur. Keinginan malam hari itu saya hanya ingin merasakan sejuknya angin tipis melewati rambut saya yang sengaja saya urai setelah sekian lama saya kuncir. Hanya ingin menikmati langit berwarna abu-abu putih. Dan hanya ingin menunggu tetes demi tetes air turun dari langit.   Suasana mendung di Balai Pemuda Surabaya. Sumber Foto: Dok. Pribadi Pagi harinya, hawa sendu itu masih terasa. Dengan yakin karena ingin, bergegas membuka pintu. Lagi dan lagi menikmati awan yang kelabu. Biasanya matahari sudah terik, saya terbangun dengan daster setengah basah. Pagi itu, angin seperti berbisik, "masih ada harapan walau belum turun hujan..." Pusing Kepala dan Eco-Anxiety Sebelum mendung hari itu datang, saya kewalahan memposisikan diri harus bagaimana menghadapi cuaca panas. Hampir seharian kepala saya terasa panas, berkeringat terus dan susah fokus. Sebagai freelancer pemula yang gajinya tak menentu, kipas angin masih menjadi sahabat terbaik untuk me

Bertahan Hidup dengan Kipas Angin

Image
Semasa kecil, saya suka berbicara di depan kipas angin. Walaupun Ibu saya sering melarang karena nanti masuk angin, berbicara di depan angin membuat suara saya unik seperti robot. Kelakuan saya itu sudah saya tinggal sejak lama. Namun, kembali lagi saya lakukan akhir-akhir ini saat usia saya 26 tahun. Hubungan saya dengan kipas angin makin dekat. Tanpa kipas angin, kepala saya mudah pusing. Fokus saya mudah hilang, emosi tidak karuan dan seluruh badan keringetan- berkeringat. Kedekatan saya dengan kipas ini tidak hanya secara fungsional, tapi juga fisik. Semakin dekat tubuh saya di depan putaran baling-baling kipas angin, semakin terjaga hidup saya. Suhu Bumi Berubah, Tapi Tidak dengan Pendingin Ruangan di Rumah Tahun 2023 ini tahun yang boleh saya katakan tahun gila. Saya dan banyak orang di luar sana harus berhadapan dengan cuaca panas. Tidak hanya siang hari tapi pagi, malam hingga dini hari. Tengah malam, saya tiba-tiba terbangun karena sekujur badan berkeringat. Terkadang, saya b

Belajar Komunikasi dan Negosisasi Bareng Pedagang Gara-Gara Bawa Wadah Sendiri

Memberanikan diri untuk mengutarakan keinginan dan pendapat bukan lah hal mudah. Sejak kecil, saya terkenal dengan pribadi pemalu dan pendiam. Tidak berani berbicara dengan orang asing, tapi jingkrak-jingkrak di depan TV saat melihat pertandingan bulu tangkis. Seiring berjalannya waktu, identitas pemalu dan pendiam itu pudar. Saya tak lagi ragu dan takut untuk mengutarakan keinginan atau pendapat bahkan kepada orang yang belum saya kenal. Bagaimana caranya? saya menganggap orang yang saya ajak bicara nantinya bukan lah lawan, tapi sebagai manusia yang punya cerita untuk dibagikan. Wadah Makanan: Media Belajar Komunikasi dan Negosiasi Memang, tidak serta merta setiap orang akan langsung cerita membagikan segala pendapatnya saat pertama kali bertemu. Namun perlahan, interaksi yang awalnya hanya di permukaan mampu berjalan secara dua arah. Makin hidup dan makin menemukan banyak hal yang mampu memperkaya perspektif , asek. Hal ini saya rasakan saat pertama kali membawa wadah sendiri saat m

Mindful Eating Membuat Saya Nggak Lagi Mudah Membuang Makanan!

Image
Saya dulu adalah pribadi yang suka coba-coba makanan, kalau nggak enak ya nggak usah dihabiskan. Kalau nggak enak, ya buang! Pikiran ini telah saya dapatkan sejak kecil, saat saya hidup di desa bersama simbok (panggilan sebagaian masyarakat Jawa Tengah untuk seorang nenek). Ketika ada makanan yang tidak habis solusinya, ya dibuang. Tenang, nanti juga akan dimakan sapi, ayam hingga bebek di pekarangan belakang. Nyatanya, hidup di kota tak seindah di desa, ya Gen. Kawasan padat penduduk di daerah rumah, membuat saya tidak bisa leluasa membuang sisa makanan atau sayuran di depan atau di belakang rumah. Selain karena tidak ada lahan kosong, etika bertetangga juga menjadi pertimbangan, wkwk.  Bayangin aja tiba-tiba ngelempar sampah di depan rumah orang. Bisa-bisa saya masuk berita, seperti yang terjadi di Sidoarjo. Kasus Bu Masriah yang menyiram kotoran ke tetangga gitu, wkwk. Mindful Eating Merubah Pola Makan Perubahan pola makan yang awalnya suka beli, coba, buang ini pun berubah ketik

Rest Area Udah Luas dan Megah, Tapi Bertolak Belakang dengan Adab Kebanyakan Pengunjungnya

Image
Tempat sampah terpilah yang ada di rest area tol Driyorejo, Jawa Timur DISCLAIMER: ada kata yang menjijikkan, pastikan Gen membacanya tidak dalam kondisi sedang makan, ya! Rest area yang berada di banyak tol di Pulau Jawa kini punya kesan tersendiri, luas dan megah! Area yang luas, gerai FnB yang menyala terang, toilet duduk yang gratis, resto makanan tradisional dengan konsep elegan hingga masjid estetik ber-AC mampu jadi safe place untuk para pelancong, terutama yang telah menempuh perjalanan jauh.  Namun, dibalik bangunanya yang luas dan megah, saya merasa janggal dengan beberapa hal yang saya temui saat memutuskan untuk menepi sebentar ke rest area. Beberapa hal itu antara lain: 1. Banyak Sampah di Meja Saya pikir di tempat yang luas dan megah, kebersihannya akan terjaga. Orang-orang yang berkunjung akan terbawa  untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan di area yang luas dan megah ini.  Sebagai orang Indonesia yang terkenal sangat menjaga kebersihan, tidak pernah terlintas sedikit