5 Manfaat Memilah Sampah Termasuk Dianggap Orang Aneh!

Suatu waktu saya pernah membaca postingan salah satu akun semacam Folktative yang judulnya on point dengan desain yang khas background putih, warna font hitam tentang hoarding disorder. Apa yang saya tangkap dari postingan dengan judul sangat memancing itu adalah orang yang suka menimbun barang adalah orang yang punya gangguan mental bernama hoarding disorder.

Setelah mendapat informasi itu, saya pun akhirnya melihat kresek besar yang ada di kamar. Dua kresek itu berisi timbunan kresek dan kemasan skincare bekas. Timbunan kresek sengaja saya timbun karena adanya kepercayaan dalam diri bahwa nantinya akan bermanfaat dan bisa digunakan kembali.

Sedangkan kemasan skincare bekas, saya timbun karena takut bahwa nantinya kemasan skincare yang saya buang secara sembarangan nantinya akan dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memproduksi kosmetik abal-abal (efek nonton Reportase Investigasi, wkwk)


Ketika orang rumah mengetahui bahwa saya menimbun dua barang tersebut, reaksi mereka pun beragam. Pun dengan orang-orang sekitar yang bereaksi saat saya pertama kalinya membuat konten di Instagram soal sampah. Secara garis besar, mereka menganggap saya aneh dan kemproh-bahasa Jawa yang berarti

Siklus memilah sampah yang saya lakukan. Sumber foto: Dok.Pribadi

tidak rapi dan kotor- karena menimbun kresek dan kemasan skincare bekas.

Apakah kebiasaan saya menimbun barang terutama kresek dan kemasan skincare bekas ini bisa disebut gangguan mental bernama hoarding disorder? Saya tidak yakin. Namun, menimbun kresek dan wadah skincare saya lakukan bukan tanpa tujuan. Saya sengaja menimbunnya karena memiliki kepercayaan bahwa barang-barang ini memiliki potensi bisa didaur ulang. Penimbunan ini adalah tahap awal proses pemilahan sampah sebelum akhirnya saya setorkan ke bank sampah.

Hingga kini, saya tidak hanya menimbun kresek dan kemasan skincare bekas. Ada botol dan gelas plastik bekas, plastik kemasan, aluminium kemasan, sampah elektronik, masker, botol beling, kaleng dan kertas, HAHA! Makin banyak yang saya timbun, makin sering saya dibilang orang aneh๐Ÿ˜‚

penampakan sampah anorganik yang saya pilah sebelum disetor ke bank sampah. Dok. Pribadi


Terlepas dari label-label yang melekat dalam diri. Saya lebih banyak mendapat pelajaran dan manfaat dari aktivitas memilah sampah.  Dalam artikel ini, saya merangkum beberapa manfaat yang saya dapat dari memilah sampah.

5 Manfaat Memilah Sampah Dari Rumah

1. Lebih Mindful Saat Membeli Barang

Menyadari tindakan, perasaan dan keputusan (mindful) adalah hal utama yang saya dapat. Saya lebih mindful sebagai konsumen. Misalnya, dahulu saya sering menggunakan sheet mask karena lebih efisien. Namun semenjak mengetahui bahwa sheet mask tidak bisa diterima di bank sampah dan masuk sampah residu saya tidak pernah lagi membeli dan memakainya.

Saya pun lebih suka memakai masker bubuk walaupun harus diracik dulu sama air mawar, hehe. Dipikir-pikir, masker sheet mask harganya mahal padahal sekali pakai. Kadang bau kimianya juga kuat banget. Sedangkan masker bubuk bisa dipakai beberapa kali, dan sampah kemasannya masih bisa diterima di bank sampah

2. Jadi Tau Apa yang Saya Konsumsi

Semenjak memilah sampah saya jarang konsumsi makanan instan, apalagi mi Indomie goreng~ Saya tidak ada masalah dengan Indomie goreng. Hanya saja, semakin jompo saya menyadari bahwa ketergantungan dengan makanan instan itu tidak baik. Saya tidak ingin nantinya saya malas memasak atau mencicipi keanekaragaman kuliner Indonesia dan dunia karena dikit-dikit "masak mie aja, lah", wkwk.

Dengan memilah sampah, saya jadi tahu kemasan apa saja yang produknya saya konsumsi, dalam kurun waktu seminggu, sebulan atau tiga bulan ini. Semakin saya tau, semakin saya bisa mengevaluasi produk apa saja yang masuk dan menyerap di tubuh, hehe

3. Lebih Menghargai Alam

Dari proses memilah sampah, saya jadi lebih tau kalau ada banyak sampah yang sulit bahkan tidak bisa terurai atau didaur ulang. Saya pikir, jenis sampah hanya sampah organik dan anorganik saja. Untuk sampah organik karena berasal dari alam bisa terurai secara proses biologis. Namun sampah anorganik ini yang bermasalah.

Begitu banyak turunan dari sampah anorganik, dan begitu banyak pula bahan campuran untuk membuat satu buah kemasan. Misalnya, kertas bungkus berwarna cokelat yang biasanya buat bungkus nasi goreng, hehe. Saya pikir kertas bungkus bahannya dari kertas, ternyata tidak ada campuran bahan plastik dan lapisan plastik di luarnya. 

Sepengetahuan saya hingga kini, belum ada bank sampah yang menerima kertas bungkus. Sehingga sampah kertas bungkus masuk ke dalam jenis sampah residu. Dari memilah sampah ini lah saya berprinsip untuk tidak menambah volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Walaupun secara konsep dan fungsi, TPA adalah tempat pemrosesan akhir bukan tempat akhir yang hanya menjadi gunungan sampah.

4. Dianggap Orang Aneh dan Gila

Saya memasukkan label aneh dan gila ini sebagai manfaat yang saya dapat dari memilah sampah. Dianggap orang aneh dan gila adalah proses yang menguji konsistensi dan resistensi untuk terus belajar, wkwk. Saya menganggap label aneh dan gila yang saya dapat ini sebagai bentuk yang sangat wajar. 

Aktivitas memilah sampah memang telah dianjurkan oleh pemerintah. Namun karena belum dibangun sistem yang tepat, serta kesadaran yang minim wajar saja bila aktivitas ini dianggap aneh karena tidak umum. Kita sudah terlalu terbiasa mencampuraduk sampah, kita hampir lupa bahwa sampah kita tidak benar-benar hilang. Sampah kita hanya berpindah tempat, hehe.

5. Lebih Menghargai Profesi Pemulung dan Petugas Kebersihan

Dengan memilah sampah, kita bisa mengurangi beban dan tingginya resiko pekerjaan pemulung dan petugas kebersihan. Saya sempat berbincang dengan beberapa pemulung, mereka sering mengalami luka karena menginjak kaca beling dengan luka yang tak kunjung sembuh karena sering terpapar kuman dan bakteri. 

Beberapa petugas kebersihan juga kualahan atas tingginya beban sampah yang harus mereka angkut dalam sehari. Belum lagi mereka harus memilah beberapa sampah yang berpotensi bisa dijual kembali untuk tambahan pemasukan.

Dengan memilah sampah, sampah kita tidak mudah tercemar. Ketika sampah yang berpotensi bisa didaur ulang dalam keadaan bersih maka proses daur ulang akan mudah dan harga jual tinggi. Selain itu, sampah kita juga tidak membahayakan pemulung dan petugas kebersihan. Dari sini, saya lebih bisa menghargai profesi orang lain, sekaligus merasa bersyukur karena sekecil apapun upaya yang kita lakukan ternyata bermanfaat bagi orang lain ๐Ÿ˜Š



Comments

Popular posts from this blog

Eveline Anuriyadin, Bocah SMP Pengelola Puluhan Ton Sampah Organik

Sampah Kemasan Sekali Pakai Berserakan di Lapangan Kodam Surabaya, Area TNI, lho Ini!

Coffe Shop yang Menarik Perhatian Para Pemulung