Curhatan Driver Ojol Menghadapi Panasnya Jalanan

 "Alhamdulillah subuh tadi Surabaya sudah hujan, Mbak. Cukup lama hujannya" ucap seorang ojol yang menjemput saya di depan hotel Sahid Surabaya. Kebahagiaan bapak ojol akan turunnya hujan di pagi hari itu, ia percayai sebagai harapan bahwa orderan ojeknya akan ramai hari itu.

Saya pun bertanya lebih lanjut, 

👧:"Cuaca panas gini ngaruh nggak, Pak sama orderan?" 

👨:"Ngaruh, Mbak. Apalagi kalau siang-siang sepi banget. Orang jadi males keluar karena panas"

👧:"Kalau dapet orderan juga panas banget, ya, Pak karena bapak pekerjaannya di jalan." 

👨:"Hehe iya, Mbak. Panasnya itu terik banget. Kalau kita nggak ngejar banyak penumpang, dapetnya bisa dikit. Walaupun dapet orderan ngojek agak jauh, ya gapapa. Cuman, ya gitu yang nunggu juga kepanasan, hehe."

Selain bikin rindu, hujan juga membawa berkah bagi seluruh alam. Jika hujan jarang datang bukan kah alam ini sedang tidak baik-baik saja, Gen? 😥

Ojol kepanasan menyerap energi dari ubin, hehe. Sumber Instagram @newdramaojol



Pekerja Informal Rentan Terdampak Krisis Iklim


Panas, polusi, macet hingga kehujanan seringkali dibingkai sebagai sebuah resiko pekerjaan bagi para ojol. Sayangnya di cuaca panas ekstrem seperti ini, resiko yang dirasakan oleh para ojol semakin mempengaruhi produktivitas pekerjaanya. 

Mereka yang senantiasa dianggap mitra ini, nyatanya menjadi kelompok rentan yang terdampak krisis iklim karena lingkungan pekerjaan yang tidak kondusif. Seperti polusi udara dan terpapar kondisi cuaca ekstrem.

Misalnya kisah Abdul Latif, driver ojol  berusia 43 tahun yang dimuat di laman transonlinewatch, ia harus menjaga kesehatan secara ekstra karena cuaca panas. Cuaca panas yang terik yang ia rasakan selama bekerja di jalan sempat membuatnya sakit terutama sakit tenggorokan karena sering minum es.

Tak bisa dipungkiri bahwa krisis iklim mengancam kondisi manusia. Mungkin Gen bisa mengamati atau bahkan Gen merasakan sendiri tiba-tiba merasa tak enak badan seperti flu atau sakit tenggorokan padahal cuaca sedang panas-panasnya. 

Apalagi bagi para pekerja informal, krisis iklim merupakan tantangan besar yang harus mereka hadapi. Menurut artikel riset Kompas berjudul "Melindungi Pekerja Informal dari Ancaman Krisis Iklim" tantangan yang harus dihadapi oleh para pekerja informal adalah kerusakan fungsi tubuh karena seringnya terpapar suhu panas, pencemaran lingkungan dan munculnya beragam wabah penyakit karena pengaruh perubahan ekologi.

Ojek online merupakan pekerjaan yang masuk dalam sektor pekerja informal. Menurut Badan Pusat Statistik, pekerja informal adalah mereka yang berstatus berusaha sendiri dan pekerja bebas. Sedangkan menurut International Labor Organization (ILO), pekerja informal merupakan pekerja yang tidak terdaftar, dilindungi atau oleh kerangka hukum ketenagakerjaan (Manpower Law) sehingga minim bahkan tidak memiliki jaminan sosial dan kesehatan. 

Untuk penjelasan lebih lanjut perihal perlindungan hukum pekerja ojek online, Gen bisa membaca artikel jurnal berjudul "Urgency of Employment Protection Regulation for Online Transportation Driver"

Padahal pekerja informal ini jumlah sebarannya banyak. Di Indonesia sendiri, 60% masyarakat Indonesia adalah pekerja informal. Selain ojek online, petani, pedagang kaki lima, nelayan dan tukang merupakan contoh lain dari pekerja informal. Sampai saat ini skema perlindungan kerja dan urgensi krisis iklim belum juga ada titik cerah secerah dan seterik sinar matahari. 




Comments

Popular posts from this blog

Eveline Anuriyadin, Bocah SMP Pengelola Puluhan Ton Sampah Organik

Sampah Kemasan Sekali Pakai Berserakan di Lapangan Kodam Surabaya, Area TNI, lho Ini!

Coffe Shop yang Menarik Perhatian Para Pemulung