Sampah Kemasan Sekali Pakai Berserakan di Lapangan Kodam Surabaya, Area TNI, lho Ini!

Pusat kuliner selalu jadi tempat yang menarik untuk healing tipis-tipis sekaligus mengisi perut. Di Kota Surabaya sendiri, ada satu tempat pusat kuliner yang luas dan banyak dikunjungi bahkan saat weekdays. Tempat itu terletak di Lapangan Kodam Brawijaya, Surabaya. 

Lapangan yang terletak di kompleks asrama dan pelatihan TNI AD ini, setiap malam difungsikan sebagai pasar malam. Banyak pedagang, tidak hanya pedagang makanan dan minuman (FnB) di sini. Namun, Kodam-warga Surabaya menyebut area ini- terkenal dengan beragam kulinernya yang bertema street food. 

Semua makanan dan minuman, baik makanan berat atau cemilan tersedia di sini. Apalagi jajanan di sini sangat beragam dan kekinian. Ada makanan street food Korea seperti bungeopang, cemilan Jepang seperti okonomiyaki, jajanan khas Thailand seperti mango stiky rice hingga jajanan kebanggaan masyarakat Indonesia, telur gulung, hehe.

Makanan berat yang terkenal di sini adalah bakaran seafood dan penyetan. Area makanan berat terpisah dengan lapak para pedagang cemilan. Tempat ini memang cocok untuk melepas penat sekaligus makan malam bersama teman, pasangan hingga keluarga.

Banyak Sampah Kemasan Plastik Sekali Pakai

Kebanyakan pedagang FnB di Kodam menggunakan kemasan plastik sekali pakai untuk mengemas dagangannya. Seperti plastik mika, styrofoam, kresek, gelas cup plastik, sendok plastik, sedotan plastik hingga tusuk kayu sate. Hal ini lantaran, konsep jajanan street food di sini adalah "take away", pembeli makanan dan minuman tidak makan di tempat tapi dibungkus untuk dibawa pulang atau dibawa ke area dekat pendopo untuk makan secara lesehan.

Begitu pula para pedagang makanan berat, mereka punya area tempat untuk pembelinya makan. Namun, masih banyak dari mereka yang menggunakan kemasan sekali pakai seperti kertas minyak untuk menyajikan makanan. Setelah saya telusuri, pedagang memutuskan untuk menggunakan kertas minyak karena tidak adanya area yang layak untuk mencuci peralatan makan.

Beragam rupa sampah berserakan di Lapangan Kodam Surabaya :). Sumber Foto: Dok. Pribadi



Saat Gen mengunjungi lapangan Kodam, selain disuguhkan banyaknya pedagang dan pengunjung, Gen juga akan disuguhkan dengan banyaknya sampah yang berserakan. Sampah yang berserakan di jalan ini, merupakan sampah yang dibuang secara sembarangan alias tidak dibuang pada tempatnya. Hingga sampah yang berterbangan karena tempat sampah yang overload, karena minim dan kurang layaknya tempat sampah di sana.

Kondisi sampah yang berserakan dan berterbangan dapat membahayakan pengunjung. Saya pernah tanpa sadar jalan dengan sandal yang telah tertusuk oleh bekas tusuk sate. Waktu itu saya menggunakan sandal jepit selop. Untung saja tusuk itu tidak mengenai kaki saya, tapi hampir saja. Akhirnya setelah kejadian itu, ketika ke Kodam saya memilih pakai sepatu :) 

Penampakan tusuk sate yang tanpa sadar telah menusuk sandal saya. Sumber foto: Dok. Pribadi



Sehari Bisa Mengumpulkan Sampah Sebanyak 15kg

Beberapa waktu lalu sebelum menyelenggarakan acara kecil-kecilan, Makan Bareng Minim Sampah, saya bertemu pemulung yang sedang memilah sampah di dekat pendopo Lapangan Kodam. Tempat sampah yang tidak terpilah dan menjadi satu itu harus diobok-obok oleh seorang pemulung perempuan paruh baya yang saya temui tersebut untuk dipilah. "Karena nggak semua sampah laku untuk dijual ke pengepul" jelasnya

Pemulung yang saya temui sekitar pukul setengah sembilan malam itu, hanya mengambil botol plastik dan gelas plastik. Hanya dua jenis sampah anorganik itulah yang laku dan memiliki harga yang cukup tinggi untuk disetor ke pengepul. Dalam sehari, beliau bisa mengumpulkan sebanyak 15kg sampah gelas kemasan sekali pakai.

Pemulung perempuan paruh baya di Lapangan Kodam sedang memilah sampah dari tempat sampah. Sumber Foto: Dok. Pribadi



Lalu bagaimana dengan sampah kemasan sekali pakai lainnya seperti kresek, plastik pembungkus, styrofoam dsb? Ya akan diambil dan dikumpulkan oleh petugas kebersihan setempat. Untuk selanjutnya dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Benowo. Sampahnya memang hilang di Kodam, tapi nyatanya hanya berpindah tempat dan menjadi gunungan sampah di TPA.

Kuliner Bawa Wadah Dari Rumah!

Saya pun akhirnya memutuskan untuk membawa wadah sendiri dari rumah saat akan membeli makanan atau minuman di Kodam. Dengan membawa wadah, selain untuk mengurangi kemasan sampah sekali pakai, saya juga nggak mudah kalap, hehe. Adanya kesadaran wadah saya terbatas, jadi nggak bisa, tuh asal beli ini beli itu, wkwk

Saat melakukan upaya ini, saya mendapat reaksi yang beragam dari pedagang yang sebelumnya sudah saya approach terlebih dahulu agar mengganti kemasannya dengan wadah saya. Ada yang khawatir makanannya tumpah, ada yang merasa berdosa karena tidak memberikan "service" yang layak, ada juga yang merasa "diribetin" hingga yang menganggap saya ini manusia aneh, wkwk. 

Ternyata ada banyak teman dekat dan online saya yang cerita bahwa mereka merasa tidak berani untuk melakukan upaya tersebut. Gen mungkin juga merasa demikian, merasa akan merepotkan dan takut untuk ngomong ke pedagangnya. Ini wajar terjadi, karena menjadi orang yang melakukan sesuatu yang "tidak biasa" alias "tidak umum" jelas akan menimbulkan banyak reaksi, utamanya reaksi yang kurang mengenakkan, ya, wkwk.

Agar tidak merasa aneh dan canggung sendirian, maka saya mencoba membuat acara kecil-kecilan yang bernama Makan Bareng Minim Sampah! Acara ini dibuat untuk bersama-sama merasakan secara langsung tantangan bawa wadah sendiri saat kulineran. Dengan begini, Gen nggak merasa aneh sendirian, deh! Kita menjadi manusia aneh secara berjamaah, wkwk.

Salah satu peserta Makan Bareng Minim Sampah membawa totebag berisi wadah, botol minum, dan peralatan makan. Sumber Foto: Dok. Pribadi



Selamat berkuliner ria di pusat kuliner di daerah kalian, ya, Gen! Selamat menyelami banyaknya sampah yang dihasilkan selama jajan di pusat kuliner terdekat. Setelah itu, semoga kita bisa berupaya bersama-sama dalam mengurangi timbulan dan timbunan sampah kemasan sekali pakai yang menurut riset Making Ocean Plastic Free tahun 2017 lalu,  sampah plastik kresek itu cuman berfungsi selama 12 menit hingga akhirnya dibuang dan banyak diantaranya berakhir di lautan!



 

Comments

Popular posts from this blog

Eveline Anuriyadin, Bocah SMP Pengelola Puluhan Ton Sampah Organik

Palestina, Krisis Air dan Menstruasi