Palestina, Krisis Air dan Menstruasi

Bulan lalu saat menstruasi, saya cukup kualahan mengatasi rasa sakit dan banyaknya darah yang keluar. Manajemen pencucian menspad (pembalut kain) jadi berantakan. Salah satu penyebabnya adalah kran air sering mati, atau pun kalau menyala kecil banget debitnya. 

Di tengah rasa sakit dan minimnya debit air yang keluar saya pernah berdiam diri di kamar mandi sambil membayangkan,

"Ini di kota aja air labil begini, gimana perempuan-perempuan yang di daerahnya pada kekeringan seperti di Sumba, coba. Harus ngambil air dulu jauh, astaga" gumam saya di kamar mandi.

Tidak lama kemudian setelah siklus menstruasi lewat, kabar Palestina dibombardir Israel ramai dibicarakan di X. Penjajahan yang hingga kini dirasakan oleh warga Palestina terutama di jalur Gaza, semakin membuat geram dan mengutuk pihak Israel.

Apalagi ketika saya menemukan informasi tentang beberapa perempuan di Gaza, Palestina yang menunda menstruasi dengan mengkonsumsi pil karena keterbatasan dan ketiadaan air bersih.

 Postingan pernyataan beberapa perempuan di Palestina meminum  pil untuk mencegah menstruasi dari akun X @Sara_Y_Ashour, perempuan domisili Gaza, Palestina.


Sebelumnya saya pernah mendengar pil penunda menstruasi sering digunakan oleh para jamaah haji perempuan. Agar ibadah yang nunggunya bisa sampai puluhan tahun dengan biaya lumayan itu bisa sepenuhnya dilaksanakan selama 40 hari.

Dilansir dari laman Aldodokter, konsumsi pil pencegah haid ini bersifat TIDAK DISARANKAN karena menyebabkan berbagai efek samping yang merugikan tubuh, hormon, seksual dan psikis perempuan.


Krisis Energi adalah Krisis Kemanusiaan

Saya percaya ketika kebutuhan dasar kita tidak terpenuhi, itu berarti penjajahan sedang terjadi. Warga setempat tidak punya kendali atas energi sebagai pemenuhan kebutuhan dasar. Mereka harus berusaha lebih, baik dari segi tenaga atau biaya untuk mendapatkan energi demi pemenuhan kebutuhan.

Krisis energi di Palestina (tidak hanya krisis air tapi juga krisis listrik) adalah bentuk penjajahan. Bentuknya adalah pemutusan akses energi secara langsung melalui genjatan senjata. 

Warga Palestina harus mengantre air yang keberadaanya sangat terbatas, membeli dengan harga tinggi, hingga terpaksa mengkonsumsi air tercemar. Untuk minum saja terasa sulit, apalagi untuk mandi atau membersihkan diri dari darah menstruasi. 

Saya pun akhirnya teringat kondisi saya ketika sedang berdiam diri lama dalam kamar mandi. Saat  merenungi minimnya air yang keluar saat sedang menstruasi.

Betapa letihnya tubuh perempuan karena telah menahan rasa sakit. Betapa letihnya mental perempuan karena sekuat tenaga menoleransi gejolak hormon yang mempengaruhi diri dan pikirannya. Dan betapa letihnya perempuan kesana kemari mencari air untuk membersihkan diri.

Kehidupan manusia bermula dari perempuan, ketika kebutuhan dasar tidak dirasakan oleh perempuan maka kehidupan tidak lagi berpihak pada kemanusiaan.


Gen bisa membaca lebih lanjut artikel perihal penundaan menstruasi yang dilakukan oleh beberapa perempuan di Palestina serta bagaimana upaya bantuan yang bisa dilakukan melalui artikel berjudul "Women and Girls in Gaza Are Chemically-Delaying Their Periods-Here is How One Clinic Aims to Help" melalui laman Mille.


Comments

Popular posts from this blog

Eveline Anuriyadin, Bocah SMP Pengelola Puluhan Ton Sampah Organik

Sampah Kemasan Sekali Pakai Berserakan di Lapangan Kodam Surabaya, Area TNI, lho Ini!